LAPORAN PRAKTIKUM
BIODIVERSITAS HEWAN
ACARA
1
PORIFERA
DAN COELOENTERATA
I. I. Tujuan
1. Mampu
mengenal ciri-ciri umum dan khusus filum porifera dan coeloenterata
2.
Mampu mengenal dan mengidentifikasi
beberapa jenis anggota filum tersebut
II. II. Tinjauan Pustaka
2.1.Porifera
Porifera merupakan
hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga karena seluruh
tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori. Hewan ini sederhana karna selama hidupnya
menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya di dasar laut. Phylum porifera hidup di air dan sebagian
besar hidup di air laut yang hangat dan dekat dengan pantai yang dangkal walaupun ada pula yang hidup pada
kedalaman 8500 meter bahkan lebih. Porifera sering ditemukan hidup melekat pada
substrat yang keras dan hidupnya berkoloni yang statif atau tidak bergerak . Porifera
(Spons) belum memiliki alat-alat ekskresi khusus dan sisa metabolismenya
dikeluarkan melalui proses difusi yaitu dari sel tubuh ke epidermis kemudian
lingkungan hidup yang berair (Rusyana, 2011)
Porifera merupakan
salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan bersifat non
selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak sebagai hewan
sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta
organ dalam. Hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting terhadap
komunitas benthik laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan sub
tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal suatu
perairan. Contoh :Spongia sp.(Iwenda, 2013)
2.2.Coeloenterata
Coelenterata termasuk
hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan
endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan gastrodermis, dan diantara
kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik epidermis, maupun
gestrodermis dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya terdapat
kantung yang berisis racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut
nematosit yang berfungsi sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan
terlibat dalam proses pencernaan. (
Sugiarti : 2015 )
Tubuh
coelenterata bersifat radial simetris yang dapat berbentuk globular dan
spherikal. Bersifat diplobaltik. Pada kedua lapisan tubuhnya tersebut
masing-masing dilapisi oleh sel-sel jelatang. Tubuhnya hanya dilengkapi dengan
mulut, tetapi tanpa anus dan di sekitar mulut dikelilingi oleh tentakel yang
berfungsi sebagai alat penangkap mangsa, alat penggerak dan alat pertahanan.
Saluran pencernaan makanan tidak sempurna, merupakan sistem gastrovaskuler.
Saluran syarafnya masih primitif, terdiri dari anyaman-anyaman sel syaraf yang
tersebar secara difusi dan belum mempunyai pusat susunan syaraf. Sel-sel
syarafnya belum berkutub, dan neurit yang dimiliki hanyalah tonjolan-tonjolan
badan sel syaraf saja / prosesus. (Sugiarti : 2005).
III. Metode Penelitian
3.1. Alat
3.1.1 Alat tulis
3.1.2 Buku laporan sementara
3.1.3 Buku panduan praktikum
3.1.4 Laptop
3.2. Bahan
3.2.1 Foto spesimen meliputi : filum porifera ( Spongia
sp., Euplectella sp., dan Scypha sp.) dan filum coelenterata ( Tabifora
musica, Acrophora sp., Favia sp.)
3.2.2 Jaringan internet
3.3. Cara
Kerja
3.3.1 Gambar spesimen diamati
3.3.2 Klasifikasi spesimen yang diamati ditulis
pada buku laporan sementara
3.3.3 Morfologi dan bagian-bagian spesmen
digambar pada buku laporan sementara
3.3.4 Deskripsi dan klasifikasi spesimen ditulis
pada buku laporan sementara
3.3.5 Hasil laporan sementara di foto dan dikirim
ke Asisten praktikum sebagai laporan tugas.
V. ` IV. Pembahasan
Praktikum
acara 1 yang berjudul “Porifera dan Coeloenterata” dilaksanakan pada Selasa,24
maret 2020 secara online di Microsoft team. Praktikum ini bertujuan untuk mampu
mengenal ciri-ciri umum dan khusus filum porifera dan coeloenterata mampu
mengenal dan mengidentifikasi beberapa jenis anggota filum tersebut. Alat yang
digunakan antara lain buku panduan praktikum, buku laporan sementara, alat
tulis ,laptop atau handphone. Bahan yang digunakan antara lain Spongia
sp, Schypa sp. Eupectella sp ,Tubipora musica, Acopora sp.
Favia sp.
4.1.Porifera
Porifera
dapat diartikan sebagai hewanyang tubuhnya mengandung lubang-lubang kecil. Lubang-lubang kecil ini ini jugadisebut
sebagai pori-pori, oleh karena itu porifera lebih dikenal dengan sebutan hewan
berpori-pori. Untuk mensirkulasikan air dalam tubuhnya, porifera memiliki
sistemkanal atau saluran air. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiantoro (2016)
Spons atau Porifera termasuk hewan multi sel yang mana fungsi jaringan dan
organnya masih sangat sederhana. Hewan ini hidupnya menetap pada suatu habitat
pasir, batu-batuan atau juga pada karang-karang mati di dalam laut. Dalam
mencari makanan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air yang melalui
seluruh permukaan tubuhnya. Hal ini dapat dicontohkan pada bentuk spons yang
memiliki kanal internal yang paling sederhana, dimana dinding luarnya
(pinakodermis) mengandung pori-pori (ostia). Melalui ostia inilah air dan
materi-materi kecil yang terkandung di dalamnya dihisap dan disaring oleh
sel-sel berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes), kemudian air tersebut
dipompakan keluar melalui lubang tengah (oskulum).
4.1.1.
Spongia sp
Spongia sp
merupakan anggota dari filum porifera. Spongia
termasuk dalam kelas Demospongia. Spongia
sp memiliki oskulum dan ostium. Bentuk tubuhnya asimetris. Spongia sp tersusun atas serabut sporgin. Spongia sp banyak ditemukan menempel pada substrat di perairan
dangkal maupun dalam. Spongia sp
bermanfaat sebagai penjernih air dan menjadi penunyumbang sedimen. Hal tersebut
sesuai dengan pendapat Haris (2013) yang menyatakan bahwa Spongia sp merupakan anggota dari filum porifera dan kelas
Demospongia. Spongia sp memiliki
bentuk asimetris. Tubuhnya memiliki pori-pori kecil yang disebut oskulum dan
pori-pori besar yang disebut ostium. Tubuhnya juga tersuusn atas
serabut-serabut spongin. Spongia sp
hidup melekat pada substrat di peraian dalama ataupun di pesisir perairan. Spongia sp bermanfaat untuk menjernihkan
air dan sebagai penyumbang sedimen pada ekosistem terumbu karang.
Spongia sp memiliki sistem reproduksi secara aseksual dan
seksual. Aseksual dari fragmentasi indvidu lama. Sedangkan seksual denagn
fertilisasi. Spongia sp tidak
memiliki saraf, pencernaan atau sisitem peredaran darah. Begitu juga dengan
sistem respirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bell dkk (2013) yang meyatakan
bahwa Spongia sp masih belum memiliki
sistem peredaran darah, sistem saraf, ataupun sistem respirasi. Sistem
pencernaannya hanya melalui ostium dan oskulum untuk masuk dan keluarnya air
secara berturut-turut. Sistem reproduksi berjalan secara peleburan dibantu oeh
air. Spongia sp merupakan organisme
hermaprodite sehingga ovum dan sperma keluar dari satu individu. Reproduksi
secara aseksual dengan fragementasi tubuh individu lama yang jatuh akan menjadi
individu baru. Sistem ekskresi pada Spongia
sp juga hanya melalui oskulum saja.
4.1.2.
Euplectella sp.
Ciri
-ciri umum Eupectella sp antara lain tubuhnya simestris radial, tubuhnya
berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau silinder, tidak dapat berpindah
(sesil) hidup di laut, ukuran tubuhnya 10-30 cm . Adapun ciri khusus dari
Eupectella sp adalah spikulanya berbentuk triakson,tidak memiliki sistem
saraf,pencernaan atau sistem peredaran darah. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kimball (2000) yang menyatakan bahwa tubuh Euplectella sp. tampak dari
luar seperti radial simetris, mereka biasanya silinder, tetapi bisa juga
berbentuk cangkir, guci atau keranjang, bercabang, melengkung dan terdiri tegak
dengan topangan spikula. Dinding bedannya berisi ruang–ruang berflagella
berbentuk sarung jari (thimble). Ketinggian rata-rata antara 10 dan 30 cm,
tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar. Mereka mempunyai sifat khas,
yakni memiliki spikula dari silicon berbentuk triakson, yakni dengan enam jari
atau perbanyakan dari enam jari. Badannya sering berbentuk tabung dan
spikulanya dapat berbentuk kerangka bersambung seperti kaca pintalan. Euplectella
sp. tidak memiliki saraf,
pencernaan atau sistem peredaran darah.
Struktur
tubuh Euplectella sp. terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan
endodermis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Amir (2015) yang menyatakan bahwa Struktur tubuh Eupectella sp
terdiri dari Epidermis (lapisan luar) terdiri atas sel-sel epithelium berbentuk
pipih (pinakosit) dan endodermis yang terdiri atas sel berflagela yang
berfungsi mencerna makanan dan bercorong yang disebut sel leher atau koanosit.
Di antara kedua lapisan itu terdapat bahan gelatin yang disebut mesoglea.
Euplectella sp dapat berkembang biak secara vegetatif dan generative. Hal ini sesuai
pendapat Renata (2016) yang menyatakan
bahwa Eupectella sp dapat bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk
kuncup dalam koloni. Kuncup muncul dari pangkal kaki. Kuncup makin membesar
sehingga jika terbentuk beberapa kuncup, akan membentuk sebuah koloni. Selain
itu, potongan tubuhnya yang terlepas akan mudah tumbuh menjadi individu baru. Euplectella sp. termasuk hewan yang
hermafrodit (berkelamin ganda). Hasil pembuahan berupa zigot yang akan
berkembang menjadi larva bersilia. Karena bersilia, larva dapat bergerak bebas
dan akhirnya akan menempel pada tempat tertentu dan kemudian tumbuh menjadi
individu baru.
Euplectella sp merupakan hewan yang hidup di laut dangkal . Hal ini sesuai pendapat
Amir (2015) yang menyatakan bahwa
menempel pada suatu substrat di laut. Hidup di air laut dangkal hingga
kedalaman 5,5 mil. Hidupnya selalu melekat pada substrat (sesil) dan tidak
dapat berpindah tempat secara bebas. Manfaat Eupectella sp adalah sebagai
habitat banyak hewan,alat penggosok dan lain-lain. Hal ini sesuai pendapat
Gibson (2015) yang menyatakan bahwa Eupectella
sp memiki beberapa manfaat antara lain
habitat bagi banyak hewan, Dimanfaatkan sebagai alat penggosok (
mandi,cuci piring dan lain-lain),Sebagai bahan obat-obatan ( antibiotik,
antiviral ), obat kanker leukimia., Spons laut memiliki potensi bioaktif yang
sangat besar,Selama 50 tahun terakhir telah banyak kandungan bioaktif yang
telah di temukan.
4.1.3.
Scypha sp.
Schypa sp. termasuk contoh porifera yang memiliki bentuk tabung
bercabang, hidup di laut dangkal. Hal ini Sesuai pendapat Subagyo (2013) yang
menyatakan bahwa Schypa sp adalah hewan memiliki banyak pori di
tubuhnya,memiliki osculum dan spongosol. Kerangka tubuhnya terbentuk dari zat
kapur,bentuk tabung bercabang seperti gabus berserat.
Struktur
tubuh Schypa sp. ditompang oleh
skeleton keras yang terdiri atas berbagai jenis spikula. Spikula yaitu unsur
keras yang tersusun dari kalsium karbonat, atau silika dan kolagen. Spikula dan
sel-sel sponge semuanya terdapat di dalam matriks jelly berprotein. Bagian
dalam tubuh Schypa sp. terdapat sistem kanal atau saluran air. Air yang
masuk melalui ostia, akan melewati sejumlah saluran kanal tersebut sebelum
masuk ke dalam rongga atau langsung menuju atrium.
Schypa sp
dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Hal ini sesuai pendapat Subagyo
(2013) yang menyatakan bahwa Schypa sp dapat bereproduksi secara
aseksual dengan pembentukan tuna (Budding) atau pembentukan sekelompok sel
esensial terutama amoebocyte, Reproduksi aseksual terjadi baik pada sepon yang
hermaproduktif, namun sel telur dan sperma diproduksi pada waktu yang berbeda
sperma dan telur dihasilkan oleh amoebyte osculum bersama aliran air dan masuk
ke individu lain melalui ostium juga bersama aliran air.
Scypa
sp sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena dapat digunakan sebagai
penggosok mandi. Hal ini sesuai pendapat Renata (2016) yang menyatakan bahwa Schypa
sp dapt digunakan sebagai penggosok untuk mandi dan kaca.
4.2.
Coelenterata
Coelentarata adalah hewan berongga yang memiliki
bentuk seperti tabung dan baiasa hidup diperairan dangkal maupun dalam. Hal ini
sesuai dengan pendapat Campbell (2010) yang menyatakan bahwa Coelenterata
adalah hewan invertebrata yang mempunyai rongga dengan bentuk tubuh seperti
tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Pada saat berenang,
mulut coelenterata menghadap ke dasar laut. Tubuh Coelenterata (hewan berongga)
adalah terdiri atas jaringan luar (eksoderm) dan jaringan dalam (endoderm) serta
sistem otot yang membujur dan menyilang (mesoglea). Istilah Coelenterata
berasal dari bahasa Yunani dari kata Coeles yang berarti rongga dan interon
yang berarti usus. Funggsi rongga tubuh pada Coelenterata adalah sebagai alat
pencernaan (gastrovaskuler).
4.2.1.
Tubifora musica
Tubifora musica dikenal sebagai karang suling karena tubuhnya yang
panjang. Terdapat septa sebagai sekat artinya satu septa satu individu. Tubifora musica berwarna merah. Tubifora musica banyak ditemukan di
perairan jernih yang dangkal. Hal ini sesuai dengan pendapat Zhao (2013) yang
menyatakan bahwa Tubifora musica
memiliki tubuh berbentuk batang paralel sehingga dinamakan sebagai pipa karang.
Tubifora musica memiliki warna merah
lidah dan sering ditemukan diseluruh perairan jernih tak tercemar dan dangkal.
Tubifora musica
belum memiliki sistem ekskresi, sirkulasi dan sistem saraf yang khusus. Sistem
respirasi bahkan hanya melalui permukaan tubuhnya saja yaitu dengan difusi dan osmosis. Sistem reproduksi dengan
cara aseksual yaitu pembentukan individu baru dari peepasan anggota tubuh dan
seksual yaitu dengan fertilisasi. Sistem pencernaan pada Tubifora musica belum khusus, hanya melalui mulut an masuk ke dalam
rongga gastrovaskular. Tubifora musica
dapat dijadikan indikator kebersihan air dan sebagai karang hias. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rusman (2017) yang menyatakan bahwa Tubifora musica belum memiliki sistem tubuh yang khusus. Sitem
reproduksi dengan aseksual terjadi pada perpotongan anggota tubuh menjadi
individu baru dan seksual dengan peleburan antara ovum dan sperma. Jenis karang
ini banyak dibudidayakan dan dapat menjadi indikator kebersihan perairan.Acrophora sp
4.2.2.
Acrophora sp
Acrophora sp merupakan
salah satu spesie sadri filum coelenterata. Acrophora
sp hidup secara soliter. Spesies ini memiliki lubang yang disebut coralit. Acrophora sp memiliki habitat
diperairan dangkal. Bagian-bagian pada tubuh acrophora sp yaitu coralit,
siphonoglyph, nepta dan schlorosepta. Hal ini sesuai dengan pendapat Saputri Dkk
(2016) yang menyatakan bahwa kanrang Acrophora
sp (dari filum coelenterata) biasanya ditemukan ditempat dangakl diseluruh
perairan Indonesia. Karang ini terdiri dari koralit (axial dan radial), septa
umumnya mempunyai dua lingkaran. Spesies ini hidup secara berkoloni aborescent
atau soliter.
Acrophora sp tidak memiliki sistem ekskresi yang khusus. Acrophora sp bereproduksi secara aseksual yaitu dengan pemisahan
potongan tubuh yang nantinya akan menjadi individu baru. Selain itu, Acrophora sp juga melakukan reproduksi
seacra seksual yaitu degngan fertilisasi. Acrophora
sp tidak memiliki sistem saraf. Juga
tidak memiliki sistem respirasi khusus, pernafasannya dilakukan melalui semua
permukaan tubuhnya. Sistem pencernaan pada Acrophora
sp belum sempurna yiatu hanya masuk ke mulut kemudian ke gastrovaskular. Sisa
makanan lalu dibuang ke mulut/anus. Ascrophora
sp dimanfaatkan sebagai karang hias untuk dibudidayakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Fahmi (2017) yang menyatakan bahwa pada Acrophora sp sistem ekskersi, respirasi, saraf, sirkulasi maupun
sistem sekresi belum terdapat sistem yang kompleks.hanya melalui permukaan
tubuh saja.Sistem reproduksi terjadi secara seksual yaitu dengan pertemuan sel
sperma dan ovum, serta dapat juga bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan polipatau individu baru
melalui peepasan potongan-potongan anggota tubuhnya. Acrophora sp dapat dimanfaatkan menjadi karang yang dibudidayakan
sebagai karang hias.
4.2.3.
Favia
sp
Favia sp memiliki bagian seperti septa, koralit, dan
spirogip. Hidupnya secara berkoloni. Bentuknya membulat. Satu koralit
menunjukan satu individu. Habitatnya di perairan dalam di seluruh Indonesia.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Haerul (2014) yang menyatakan bahwa Favia sp hampir seluruhnya koloni
berbentuk massive. Septa, koralit akan
membentuk struktur yang seragam untuk masing-masing marga. Koralit cenderung
membulat. Favia sp tersebar di
seluruh perairan dalam di Indonesia.
Sistem
eksresi, sistem saraf dan sistem sirkulasi pada Favia sp sama dengan anggota Coelenterata pada umunya yaitu belum
memiliki struktur yang khusus. Favia
sp bereproduksi secara seksual dan aseksual. Seksual dengan cara fertilisasi
dan aseksual dengan pembentukan individu baru melalui potongan-potongan anggota
tubuh yang terlepas. Sistem respirasi juga belum kompleks yaitu hanya melalui
permukaan tubuhnya. Sistem penceranaannya dengan cara makanan masuk ke dalam
mulut dan diolah dalam gastrovaskular. Favia
sp dapat dimanfaatkan sebagai karang hias dan objek studi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rembet (2012) yang menyatakan bahwa Favia sp merupakan salah
satu anggota pada filum Coelenterata yang belum memiliki sistem baik, baik pada
sistem sirkulasi, sistem ekskresi, sistem saraf maupun sistem respirasi). Favia sp seperti karang lainnya yaitu
bereproduksi secara seksual dengan pertemuan sel sperma dan sel ovum dam secara
aseksual yaitu dengan terbentukya individu baru setelah pemecahan anggota
tubuh. Favia sp banyak dimanfaatkan
oleh manusia sebagai karang hias sehingga banyak dibudidayakan dipesisir
pantai.
VI. V. Kesimpulan
5.1.
Ciri umum dari filum porifera yaitu tubuhnya mengandung lubang-lubang kecil. Lubang-lubang kecil ini ini juga disebut
sebagai pori-pori. Sedangkan ciri umum dari filum coelenterate yaitu berongga
yang memiliki bentuk seperti tabung dan baiasa hidup diperairan dangkal maupun
dalam. Ciri khusus pada masing-masing spesies berbeda dengan spesies lainnya.
5.2.
Beberapa anggota dari anggota porifera dan coelentera memiliki karakteristik
masing-masing, seperti diantaranya anggota dari filum Porifera yaitu Spongia
sp yang berbentuk seperti spons berwarna kecoklatan, Euplectella sp berbentuk
tabung memanjang berwarna putih, dan Schypa sp berbentuk seperti kaktus
yang bercabang. Sedangkan contoh dari filum coelenterata yaitu Acropora
sp berbentuk seperti piring yang bercabang-cabang berwarna coklat atau hijau, Tubifora
musica berbentuk seperti susunan bambu berwarna merah dan Favia sp
berbentuk seperti batu berwarna putih yang hidup berkoloni.
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad.
2013. “Porifera dan Coeloenterata” https://penerbitdeepublish.com/ciri
ciri-porifera coeloenterata /. Diakses pada 1 September 2020.
Amir,
Ichsan., dan Budiyanto, Agus. 2015. Mengenal Spons Laut) Secara Umum.
Jurnal Oseana,Volume XXI, Nomor 2,
15-31.
Bell, J., D. Smith,
D.Hannan, A.Haris, and L. Thomas, 2013. Isolation
and characterisation of twelve
polymorphic microsatellite markers for Xestospongia spp. and their use for confirming species identity.
Conservation Genet Resour. Published online: 09 August 2013
Bella,
Iwenda. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih,
Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomits Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh. Vol. 2, No.2 (159-165).
Budiantoro, Agung. 2016. Petunjuk
Praktikum Keanekaragaman Invertebrata dan Vertebrata. Yogyakarta. Laboratorium Fakultas MIPA
Universitas Ahmad Dahlan.
Campbell, N.A., J.B. Reece dan L.G. Mitchell.
2010. Biologi. Edisi
ke-8.Diterjemahkan oleh Manulu, W.
Erlangga. Jakarta
Fahmi, Muhammad Yunan.,
Andik, D. W.,Ika. N. 2017. Monitoring EkosistemLaut dan Pesisir di Taman NasionalBaluran, Situbondo. ProsidingSeminar Nasional Kelautan dan Perikanan.
3: 40-54
Gibson, Lornia. J. 2015.
Cellular Materials in Nature and Medicine. United Kingdom: Cambridge
University Press
Haerul, Andi. 2014.
Karakterisasi Genetik Karang Genus Favites (Faviidae: Scleractinia) di Perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi
Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana.
Institut Pertanian Bogor.
Haris A, 2013. Sponge : Biologi dan Ekologi. Fakultas
Ilmu Kelautan dan Perikanan – Universitas
Hasanuddin, Makassar. (Belum dipublikasikan)
Haris A, 2013. Sponge :
Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan – Universitas
Hasanuddin, Makassar.
Kimball, J.W. 2000. Biologi jilid empat
edisi pertama. Erlangga Jakarta.
Rembet, N.W.J. 2012.
Simbiosis Zooxanthellae dan Karang Sebagai Indikator Kualitas Ekosistem Terumbu Karang. Jurnal Ilmiah Platax Vol. I – 1.
Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Renata Manconi, dkk., “A new species of Agelas from
the Zanzibar Archipelago, western Indian Ocean (Porifera, Demospongiae)”. Journal
List Zookeys. Published online 2016 Jan 14. diakses pada tanggal 23 Januari
2016.
Rusman, Fajar., Liza,
U., Yeni, W.,Najmul, F. 2017. Jenis Jenis TerumbuKarang di Pulau Rubiah Kota Sabang. Prosiding Seminar Nasional Biotik. 1:153-157
Rusyana, Adun.2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek).
Bandung:Alfabeta.
Saputri, Rizka A.,
Widyorini, Niniek danPurnomo, Pujiono W.2016. Identifikasi dan Kelimpahan Bakteripada Jenis Karang Acropora sp. DiReef Flat Terumbu
Karang PulauPanjang Jepara.
Jurnal Perikanan. 12(1): 35– 39
Subagyo.
2013 . Sistematika Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Suwignyo,Sugiarto. 2005. Avetebrata
Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya
Zhao, hong-ying.,
Chang-lun Shao., Zhi-Yong Li., Lei Han., Fei Cao., Chang-yunwang. 2013. Bioactive
Pregnane Steroids from a South China Sea GorgonianCarijoa sp. Molecules.Vol 18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar