Jumat, 16 Oktober 2020

LAPORAN PRAKTIKUM 

BIODIVERSITAS HEWAN

ACARA 1

PORIFERA DAN COELOENTERATA

 

 

       I.          I.  Tujuan

1.      Mampu mengenal ciri-ciri umum dan khusus filum porifera dan coeloenterata

2.      Mampu mengenal dan mengidentifikasi beberapa jenis anggota filum tersebut

 

    II.            II. Tinjauan Pustaka

2.1.Porifera

Porifera merupakan hewan yang berpori dan sering juga disebut hewan berongga karena seluruh tubuhnya dipenuhi oleh lubang-lubang kecil yang disebut pori.  Hewan ini sederhana karna selama hidupnya menetap pada karang atau permukaan benda keras lainnya di dasar laut.  Phylum porifera hidup di air dan sebagian besar hidup di air laut yang hangat dan dekat dengan pantai yang  dangkal walaupun ada pula yang hidup pada kedalaman  8500 meter bahkan lebih.  Porifera sering ditemukan hidup melekat pada substrat yang keras dan hidupnya berkoloni yang statif atau tidak bergerak . Porifera (Spons) belum memiliki alat-alat ekskresi khusus dan sisa metabolismenya dikeluarkan melalui proses difusi yaitu dari sel tubuh ke epidermis kemudian lingkungan hidup yang berair (Rusyana, 2011)

Porifera merupakan salah satu hewan primitif yang hidup menetap (sedentaire) dan bersifat non selective filter feeder (menyaring apa yang ada). Spons tampak sebagai hewan sederhana, tidak memiliki jaringan, sedikit otot maupun jaringan saraf serta organ dalam. Hewan tersebut memberikan sumbangan yang penting terhadap komunitas benthik laut dan sangat umum dijumpai di perairan tropik dan sub tropik. Persebaran mulai dari zona intertidal hingga zona subtidal suatu perairan. Contoh :Spongia sp.(Iwenda, 2013)


                                    

2.2.Coeloenterata

Coelenterata termasuk hewan diploblastis, yaitu memiliki dua lapisan lembaga berupa ectoderm dan endoderm. Dinding tubuh terdiri atas epidermis dan gastrodermis, dan diantara kedua lapisan tersebut terdapat lapisan mesoglea. Baik epidermis, maupun gestrodermis dilengkapi dengan sel-sel jelatang, deman didalamnya terdapat kantung yang berisis racun dan dilengkapi dengan alat penyengat dan disebut nematosit yang berfungsi sebagai alat pertahanan, melumpuhkan mangsanya, dan terlibat  dalam proses pencernaan. ( Sugiarti : 2015 )

Tubuh coelenterata bersifat radial simetris yang dapat berbentuk globular dan spherikal. Bersifat diplobaltik. Pada kedua lapisan tubuhnya tersebut masing-masing dilapisi oleh sel-sel jelatang. Tubuhnya hanya dilengkapi dengan mulut, tetapi tanpa anus dan di sekitar mulut dikelilingi oleh tentakel yang berfungsi sebagai alat penangkap mangsa, alat penggerak dan alat pertahanan. Saluran pencernaan makanan tidak sempurna, merupakan sistem gastrovaskuler. Saluran syarafnya masih primitif, terdiri dari anyaman-anyaman sel syaraf yang tersebar secara difusi dan belum mempunyai pusat susunan syaraf. Sel-sel syarafnya belum berkutub, dan neurit yang dimiliki hanyalah tonjolan-tonjolan badan sel syaraf saja / prosesus. (Sugiarti : 2005).

       


                            III. Metode Penelitian

      3.1. Alat

3.1.1    Alat tulis

3.1.2    Buku laporan sementara

3.1.3    Buku panduan praktikum

3.1.4    Laptop

     3.2. Bahan

3.2.1    Foto spesimen meliputi : filum porifera ( Spongia sp., Euplectella sp., dan Scypha sp.) dan filum coelenterata ( Tabifora musica, Acrophora sp., Favia sp.)

3.2.2    Jaringan internet

     3.3. Cara Kerja

3.3.1    Gambar spesimen diamati

3.3.2    Klasifikasi spesimen yang diamati ditulis pada buku laporan sementara

3.3.3    Morfologi dan bagian-bagian spesmen digambar pada buku laporan sementara

3.3.4    Deskripsi dan klasifikasi spesimen ditulis pada buku laporan sementara

3.3.5    Hasil laporan sementara di foto dan dikirim ke Asisten praktikum sebagai laporan tugas.

 

  

    V.            `                                                                                                               IV. Pembahasan

Praktikum acara 1 yang berjudul “Porifera dan Coeloenterata” dilaksanakan pada Selasa,24 maret 2020 secara online di Microsoft team. Praktikum ini bertujuan untuk mampu mengenal ciri-ciri umum dan khusus filum porifera dan coeloenterata mampu mengenal dan mengidentifikasi beberapa jenis anggota filum tersebut. Alat yang digunakan antara lain buku panduan praktikum, buku laporan sementara, alat tulis ,laptop atau handphone. Bahan yang digunakan antara lain Spongia sp, Schypa sp. Eupectella sp ,Tubipora musica, Acopora sp. Favia sp.

4.1.Porifera

Porifera dapat diartikan sebagai hewanyang tubuhnya mengandung lubang-lubang  kecil. Lubang-lubang kecil ini ini jugadisebut sebagai pori-pori, oleh karena itu porifera lebih dikenal dengan sebutan hewan berpori-pori. Untuk mensirkulasikan air dalam tubuhnya, porifera memiliki sistemkanal atau saluran air. Hal ini sesuai dengan pendapat Budiantoro (2016) Spons atau Porifera termasuk hewan multi sel yang mana fungsi jaringan dan organnya masih sangat sederhana. Hewan ini hidupnya menetap pada suatu habitat pasir, batu-batuan atau juga pada karang-karang mati di dalam laut. Dalam mencari makanan, hewan ini aktif mengisap dan menyaring air yang melalui seluruh permukaan tubuhnya. Hal ini dapat dicontohkan pada bentuk spons yang memiliki kanal internal yang paling sederhana, dimana dinding luarnya (pinakodermis) mengandung pori-pori (ostia). Melalui ostia inilah air dan materi-materi kecil yang terkandung di dalamnya dihisap dan disaring oleh sel-sel berbulu cambuk atau sel kolar (choanocytes), kemudian air tersebut dipompakan keluar melalui lubang tengah (oskulum).

4.1.1.      Spongia sp

Spongia sp merupakan anggota dari filum porifera. Spongia termasuk dalam kelas Demospongia. Spongia sp memiliki oskulum dan ostium. Bentuk tubuhnya asimetris. Spongia sp tersusun atas serabut sporgin. Spongia sp banyak ditemukan menempel pada substrat di perairan dangkal maupun dalam. Spongia sp bermanfaat sebagai penjernih air dan menjadi penunyumbang sedimen. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Haris (2013) yang menyatakan bahwa Spongia sp merupakan anggota dari filum porifera dan kelas Demospongia. Spongia sp memiliki bentuk asimetris. Tubuhnya memiliki pori-pori kecil yang disebut oskulum dan pori-pori besar yang disebut ostium. Tubuhnya juga tersuusn atas serabut-serabut spongin. Spongia sp hidup melekat pada substrat di peraian dalama ataupun di pesisir perairan. Spongia sp bermanfaat untuk menjernihkan air dan sebagai penyumbang sedimen pada ekosistem terumbu karang.

          Spongia sp memiliki sistem reproduksi secara aseksual dan seksual. Aseksual dari fragmentasi indvidu lama. Sedangkan seksual denagn fertilisasi. Spongia sp tidak memiliki saraf, pencernaan atau sisitem peredaran darah. Begitu juga dengan sistem respirasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Bell dkk (2013) yang meyatakan bahwa Spongia sp masih belum memiliki sistem peredaran darah, sistem saraf, ataupun sistem respirasi. Sistem pencernaannya hanya melalui ostium dan oskulum untuk masuk dan keluarnya air secara berturut-turut. Sistem reproduksi berjalan secara peleburan dibantu oeh air. Spongia sp merupakan organisme hermaprodite sehingga ovum dan sperma keluar dari satu individu. Reproduksi secara aseksual dengan fragementasi tubuh individu lama yang jatuh akan menjadi individu baru. Sistem ekskresi pada Spongia sp juga hanya melalui oskulum saja.

4.1.2.      Euplectella sp.

   Ciri -ciri umum Eupectella sp antara lain tubuhnya simestris radial, tubuhnya berwarna pucat dengan bentuk vas bunga atau silinder, tidak dapat berpindah (sesil) hidup di laut, ukuran tubuhnya 10-30 cm . Adapun ciri khusus dari Eupectella sp adalah spikulanya berbentuk triakson,tidak memiliki sistem saraf,pencernaan atau sistem peredaran darah. Hal ini sesuai dengan pendapat Kimball (2000) yang menyatakan bahwa tubuh Euplectella sp. tampak dari luar seperti radial simetris, mereka biasanya silinder, tetapi bisa juga berbentuk cangkir, guci atau keranjang, bercabang, melengkung dan terdiri tegak dengan topangan spikula. Dinding bedannya berisi ruang–ruang berflagella berbentuk sarung jari (thimble). Ketinggian rata-rata antara 10 dan 30 cm, tetapi beberapa dapat tumbuh menjadi cukup besar. Mereka mempunyai sifat khas, yakni memiliki spikula dari silicon berbentuk triakson, yakni dengan enam jari atau perbanyakan dari enam jari. Badannya sering berbentuk tabung dan spikulanya dapat berbentuk kerangka bersambung seperti kaca pintalan. Euplectella sp. tidak memiliki saraf, pencernaan atau sistem peredaran darah.

    Struktur tubuh Euplectella sp. terdiri atas dua lapisan yaitu epidermis dan endodermis.  Hal ini sesuai dengan pendapat Amir (2015) yang menyatakan bahwa Struktur tubuh Eupectella sp terdiri dari Epidermis (lapisan luar) terdiri atas sel-sel epithelium berbentuk pipih (pinakosit) dan endodermis yang terdiri atas sel berflagela yang berfungsi mencerna makanan dan bercorong yang disebut sel leher atau koanosit. Di antara kedua lapisan itu terdapat bahan gelatin yang disebut mesoglea.

   Euplectella sp dapat berkembang biak secara vegetatif dan generative. Hal ini sesuai pendapat  Renata (2016) yang menyatakan bahwa Eupectella sp dapat bereproduksi secara vegetatif dengan membentuk kuncup dalam koloni. Kuncup muncul dari pangkal kaki. Kuncup makin membesar sehingga jika terbentuk beberapa kuncup, akan membentuk sebuah koloni. Selain itu, potongan tubuhnya yang terlepas akan mudah tumbuh menjadi individu baru.  Euplectella sp. termasuk hewan yang hermafrodit (berkelamin ganda). Hasil pembuahan berupa zigot yang akan berkembang menjadi larva bersilia. Karena bersilia, larva dapat bergerak bebas dan akhirnya akan menempel pada tempat tertentu dan kemudian tumbuh menjadi individu baru.

   Euplectella sp merupakan hewan yang hidup di laut dangkal . Hal ini sesuai pendapat Amir (2015) yang menyatakan bahwa  menempel pada suatu substrat di laut. Hidup di air laut dangkal hingga kedalaman 5,5 mil. Hidupnya selalu melekat pada substrat (sesil) dan tidak dapat berpindah tempat secara bebas. Manfaat Eupectella sp adalah sebagai habitat banyak hewan,alat penggosok dan lain-lain. Hal ini sesuai pendapat Gibson (2015) yang menyatakan bahwa Eupectella  sp memiki beberapa manfaat antara lain  habitat bagi banyak hewan, Dimanfaatkan sebagai alat penggosok ( mandi,cuci piring dan lain-lain),Sebagai bahan obat-obatan ( antibiotik, antiviral ), obat kanker leukimia., Spons laut memiliki potensi bioaktif yang sangat besar,Selama 50 tahun terakhir telah banyak kandungan bioaktif yang telah di temukan.

4.1.3.      Scypha sp.

   Schypa sp. termasuk contoh porifera yang memiliki bentuk tabung bercabang, hidup di laut dangkal. Hal ini Sesuai pendapat Subagyo (2013) yang menyatakan bahwa Schypa sp adalah hewan memiliki banyak pori di tubuhnya,memiliki osculum dan spongosol. Kerangka tubuhnya terbentuk dari zat kapur,bentuk tabung bercabang seperti gabus berserat.

   Struktur tubuh Schypa sp.  ditompang oleh skeleton keras yang terdiri atas berbagai jenis spikula. Spikula yaitu unsur keras yang tersusun dari kalsium karbonat, atau silika dan kolagen. Spikula dan sel-sel sponge semuanya terdapat di dalam matriks jelly berprotein. Bagian dalam tubuh Schypa sp. terdapat sistem kanal atau saluran air. Air yang masuk melalui ostia, akan melewati sejumlah saluran kanal tersebut sebelum masuk ke dalam rongga atau langsung menuju atrium.

   Schypa sp dapat bereproduksi secara seksual dan aseksual. Hal ini sesuai pendapat Subagyo (2013) yang menyatakan bahwa Schypa sp dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan tuna (Budding) atau pembentukan sekelompok sel esensial terutama amoebocyte, Reproduksi aseksual terjadi baik pada sepon yang hermaproduktif, namun sel telur dan sperma diproduksi pada waktu yang berbeda sperma dan telur dihasilkan oleh amoebyte osculum bersama aliran air dan masuk ke individu lain melalui ostium juga bersama aliran air.

   Scypa sp sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia karena dapat digunakan sebagai penggosok mandi. Hal ini sesuai pendapat Renata (2016) yang menyatakan bahwa Schypa sp dapt digunakan sebagai penggosok untuk mandi dan kaca.

4.2. Coelenterata

           Coelentarata adalah hewan berongga yang memiliki bentuk seperti tabung dan baiasa hidup diperairan dangkal maupun dalam. Hal ini sesuai dengan pendapat Campbell (2010) yang menyatakan bahwa Coelenterata adalah hewan invertebrata yang mempunyai rongga dengan bentuk tubuh seperti tabung dan mulut yang dikelilingi oleh tentakel.  Pada saat berenang, mulut coelenterata menghadap ke dasar laut. Tubuh Coelenterata (hewan berongga) adalah terdiri atas jaringan luar (eksoderm) dan jaringan dalam (endoderm) serta sistem otot yang membujur dan menyilang (mesoglea). Istilah Coelenterata berasal dari bahasa Yunani dari kata Coeles yang berarti rongga dan interon yang berarti usus. Funggsi rongga tubuh pada Coelenterata adalah sebagai alat pencernaan (gastrovaskuler).

4.2.1.      Tubifora musica

              Tubifora musica dikenal sebagai karang suling karena tubuhnya yang panjang. Terdapat septa sebagai sekat artinya satu septa satu individu. Tubifora musica berwarna merah. Tubifora musica banyak ditemukan di perairan jernih yang dangkal. Hal ini sesuai dengan pendapat Zhao (2013) yang menyatakan bahwa Tubifora musica memiliki tubuh berbentuk batang paralel sehingga dinamakan sebagai pipa karang. Tubifora musica memiliki warna merah lidah dan sering ditemukan diseluruh perairan jernih tak tercemar dan dangkal.

Tubifora musica belum memiliki sistem ekskresi, sirkulasi dan sistem saraf yang khusus. Sistem respirasi bahkan hanya melalui permukaan tubuhnya saja yaitu dengan  difusi dan osmosis. Sistem reproduksi dengan cara aseksual yaitu pembentukan individu baru dari peepasan anggota tubuh dan seksual yaitu dengan fertilisasi. Sistem pencernaan pada Tubifora musica belum khusus, hanya melalui mulut an masuk ke dalam rongga gastrovaskular. Tubifora musica dapat dijadikan indikator kebersihan air dan sebagai karang hias. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusman (2017) yang menyatakan bahwa Tubifora musica belum memiliki sistem tubuh yang khusus. Sitem reproduksi dengan aseksual terjadi pada perpotongan anggota tubuh menjadi individu baru dan seksual dengan peleburan antara ovum dan sperma. Jenis karang ini banyak dibudidayakan dan dapat menjadi indikator kebersihan perairan.Acrophora sp

4.2.2.            Acrophora sp

    Acrophora sp merupakan salah satu spesie sadri filum coelenterata. Acrophora sp hidup secara soliter. Spesies ini memiliki lubang yang disebut coralit. Acrophora sp memiliki habitat diperairan dangkal. Bagian-bagian pada tubuh acrophora sp yaitu coralit, siphonoglyph, nepta dan schlorosepta. Hal ini sesuai dengan pendapat Saputri Dkk (2016) yang menyatakan bahwa kanrang Acrophora sp (dari filum coelenterata) biasanya ditemukan ditempat dangakl diseluruh perairan Indonesia. Karang ini terdiri dari koralit (axial dan radial), septa umumnya mempunyai dua lingkaran. Spesies ini hidup secara berkoloni aborescent atau soliter.

    Acrophora sp tidak memiliki sistem ekskresi yang khusus. Acrophora sp bereproduksi secara aseksual yaitu dengan pemisahan potongan tubuh yang nantinya akan menjadi individu baru. Selain itu, Acrophora sp juga melakukan reproduksi seacra seksual yaitu degngan fertilisasi. Acrophora sp tidak memiliki sistem saraf.  Juga tidak memiliki sistem respirasi khusus, pernafasannya dilakukan melalui semua permukaan tubuhnya. Sistem pencernaan pada Acrophora sp belum sempurna yiatu hanya masuk ke mulut kemudian ke gastrovaskular. Sisa makanan lalu dibuang ke mulut/anus. Ascrophora sp dimanfaatkan sebagai karang hias untuk dibudidayakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Fahmi (2017) yang menyatakan bahwa pada Acrophora sp sistem ekskersi, respirasi, saraf, sirkulasi maupun sistem sekresi belum terdapat sistem yang kompleks.hanya melalui permukaan tubuh saja.Sistem reproduksi terjadi secara seksual yaitu dengan pertemuan sel sperma dan ovum, serta dapat juga bereproduksi secara aseksual  dengan pembentukan polipatau individu baru melalui peepasan potongan-potongan anggota tubuhnya. Acrophora sp dapat dimanfaatkan menjadi karang yang dibudidayakan sebagai karang hias.

4.2.3.      Favia sp   

   Favia sp memiliki bagian seperti septa, koralit, dan spirogip. Hidupnya secara berkoloni. Bentuknya membulat. Satu koralit menunjukan satu individu. Habitatnya di perairan dalam di seluruh Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Haerul (2014) yang menyatakan bahwa Favia sp hampir seluruhnya koloni berbentuk massive.  Septa, koralit akan membentuk struktur yang seragam untuk masing-masing marga. Koralit cenderung membulat. Favia sp tersebar di seluruh perairan dalam di Indonesia.

         Sistem eksresi, sistem saraf dan sistem sirkulasi pada Favia sp sama dengan anggota Coelenterata pada umunya yaitu belum memiliki struktur yang khusus. Favia sp bereproduksi secara seksual dan aseksual. Seksual dengan cara fertilisasi dan aseksual dengan pembentukan individu baru melalui potongan-potongan anggota tubuh yang terlepas. Sistem respirasi juga belum kompleks yaitu hanya melalui permukaan tubuhnya. Sistem penceranaannya dengan cara makanan masuk ke dalam mulut dan diolah dalam gastrovaskular. Favia sp dapat dimanfaatkan sebagai karang hias dan objek studi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rembet (2012) yang menyatakan bahwa Favia sp merupakan  salah satu anggota pada filum Coelenterata yang belum memiliki sistem baik, baik pada sistem sirkulasi, sistem ekskresi, sistem saraf maupun sistem respirasi). Favia sp seperti karang lainnya yaitu bereproduksi secara seksual dengan pertemuan sel sperma dan sel ovum dam secara aseksual yaitu dengan terbentukya individu baru setelah pemecahan anggota tubuh. Favia sp banyak dimanfaatkan oleh manusia sebagai karang hias sehingga banyak dibudidayakan dipesisir pantai.

 

 

 


 

 VI.                                                                                                                           V.  Kesimpulan

5.1. Ciri umum dari filum porifera yaitu tubuhnya mengandung lubang-lubang kecil.   Lubang-lubang kecil ini ini juga disebut sebagai pori-pori. Sedangkan ciri umum dari filum coelenterate yaitu berongga yang memiliki bentuk seperti tabung dan baiasa hidup diperairan dangkal maupun dalam. Ciri khusus pada masing-masing spesies berbeda dengan spesies lainnya.

5.2. Beberapa anggota dari anggota porifera dan coelentera memiliki karakteristik masing-masing, seperti diantaranya anggota dari filum Porifera yaitu Spongia sp yang berbentuk seperti spons berwarna kecoklatan, Euplectella sp berbentuk tabung memanjang berwarna putih, dan Schypa sp berbentuk seperti kaktus yang bercabang. Sedangkan contoh dari filum coelenterata yaitu Acropora sp berbentuk seperti piring yang bercabang-cabang berwarna coklat atau hijau, Tubifora musica berbentuk seperti susunan bambu berwarna merah dan Favia sp berbentuk seperti batu berwarna putih yang hidup berkoloni.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Ahmad. 2013. “Porifera dan Coeloenterata” https://penerbitdeepublish.com/ciri ciri-porifera coeloenterata /. Diakses pada 1 September 2020.

 

Amir, Ichsan., dan Budiyanto, Agus. 2015. Mengenal Spons Laut) Secara Umum. Jurnal   Oseana,Volume XXI, Nomor 2, 15-31.

Bell, J., D. Smith, D.Hannan, A.Haris, and L. Thomas, 2013. Isolation and characterisation of      twelve polymorphic microsatellite markers for Xestospongia spp. and their use for           confirming species identity. Conservation Genet Resour. Published online: 09 August 2013

Bella, Iwenda. 2013. Struktur Komunitas Spons Laut (Porifera) di Pantai Pasir Putih, Situbondo. Jurnal Sains dan Seni Pomits Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh. Vol. 2, No.2 (159-165).

Budiantoro, Agung. 2016. Petunjuk Praktikum Keanekaragaman Invertebrata dan Vertebrata.     Yogyakarta. Laboratorium Fakultas MIPA Universitas Ahmad Dahlan.

Campbell, N.A., J.B. Reece dan L.G. Mitchell. 2010. Biologi. Edisi ke-8.Diterjemahkan oleh        Manulu, W. Erlangga. Jakarta

Fahmi, Muhammad Yunan., Andik, D. W.,Ika. N. 2017. Monitoring EkosistemLaut dan Pesisir    di Taman NasionalBaluran, Situbondo. ProsidingSeminar Nasional Kelautan             dan      Perikanan. 3: 40-54

Gibson, Lornia. J. 2015. Cellular Materials in Nature and Medicine. United Kingdom: Cambridge University Press

Haerul, Andi. 2014. Karakterisasi Genetik Karang Genus Favites (Faviidae: Scleractinia) di          Perairan Kepulauan Spermonde, Sulawesi Selatan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut       Pertanian Bogor.

Haris A, 2013. Sponge : Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan –       Universitas Hasanuddin, Makassar. (Belum dipublikasikan)

Haris A, 2013. Sponge : Biologi dan Ekologi. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan –       Universitas Hasanuddin, Makassar.

Kimball, J.W. 2000. Biologi jilid empat edisi pertama. Erlangga Jakarta.

Rembet, N.W.J. 2012. Simbiosis Zooxanthellae dan Karang Sebagai Indikator Kualitas     Ekosistem Terumbu Karang. Jurnal Ilmiah Platax Vol. I – 1. Universitas Sam Ratulangi.            Manado.

Renata Manconi, dkk., “A new species of Agelas from the Zanzibar Archipelago, western Indian Ocean (Porifera, Demospongiae)”. Journal List Zookeys. Published online 2016 Jan 14. diakses pada tanggal 23 Januari 2016.

Rusman, Fajar., Liza, U., Yeni, W.,Najmul, F. 2017. Jenis Jenis TerumbuKarang di Pulau Rubiah Kota Sabang. Prosiding Seminar Nasional Biotik. 1:153-157

Rusyana, Adun.2013. Zoologi Invertebrata (Teori dan Praktek). Bandung:Alfabeta.

Saputri, Rizka A., Widyorini, Niniek danPurnomo, Pujiono W.2016. Identifikasi dan        Kelimpahan             Bakteripada Jenis Karang Acropora sp. DiReef Flat Terumbu Karang          PulauPanjang Jepara. Jurnal Perikanan. 12(1): 35– 39

 Subagyo. 2013 . Sistematika Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.

Suwignyo,Sugiarto.  2005. Avetebrata Air Jilid I1. Jakarta: Penebar Swadaya

Zhao, hong-ying., Chang-lun Shao., Zhi-Yong Li., Lei Han., Fei Cao., Chang-yunwang. 2013.      Bioactive Pregnane Steroids from a South China Sea GorgonianCarijoa sp.    Molecules.Vol 18.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar