Rabu, 04 Juli 2018

Jingga dan Senja (resensi)

Jingga dan Senja

Judul : Jingga dan  Senja

Penulis : Esti Kinasih

Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun & tempat terbit : 2010, Jakarta

Jumlah halaman : 312 halaman

Tari adalah siswi SMA yang baru mengenyam bangku sekolah, Tari lahir pada sore hari hingga, ibunnya menamainnya Jingga Matahari. Sesuai namannya Tari sangat suka dengan semua barang atau ornamen berwarna orange. Ia tipikal orang yang baik, ceria, dan periang.

Berbeda jauh dengan Ari, siswa pentolan SMA Airlangga, Ari punya nama yang sangat mirip dengan Tari bahkan memang sama, "Matahari Senja", kepanjangan nama Ari. Tapi, Ari punya karakteristik yang berbeda jauh dengan Tari. Ari siswa biang onar, tawuran, bolos, bahkan sering dipanggil kepala sekolah akibat ulahnya, hampir semua guru pernah dibuat urat emosi  mereka naik oleh Ari.

Dan kisah mereka bermula saat Jingga Matahari (Tari) dan Matahari Senja (Ari) dipertemukan oleh takdir, saat Ari telat berangkat sekolah dan berdiri di depan Tari yang sedang melaksanakn upacara bendera. Hingga Aripun tahu nama mereka mirip, dan sama-sama terlahir sewaktu matahari terbenam. Ari berusaha keukeuh untuk mendekati Tari.

Namun takdir mempertemukan mereka dalam suasana “perang”. Ari biang kerok di sekolah baru kali ini bertemu cewek, adik kelasnya yang berani melawannya. Kemarahan Ari timbul ketika tahu Tari diincar oleh Angga, pentolan SMA musuh.

Angga merupakan musuh bebuyutan sekolah Ari sekaligus musuh pribadi Ari, Angga yang melihat Taripun berusaha mendekatinya begitu cewek itu tak sengaja terjebak dalam tawuran dan Ari berusaha keras menyelamatkannya. Demi dendam masa lalu, Angga bertekad harus bisa merebut cewek itu untuk menghancurkan Ari.

Memanfaatkan peluang yang ada, Angga kemudian maju sebagai pelindung Tari,

Ari yang selama ini dikenal tidak peduli terhadap cewek tiba-tiba saja berusaha mendapatkan Tari dengan segala cara. Namun predikat buruk Ari jelas membuat Tari tidak ingin berurusan dengan cowok itu, dan segala keusilannya. Namun, semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin mati-matian Tari menjauhkan diri. Karena bagi Tari, Arilah masalah yang telah mengusik ketenangannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar