SEMBURAT MERAH
Oleh: Dee Desi
Namaku Rara, aku suka menulis. Aku ikut jurnalistik di sekolahku, LPS Ganesha namannya. Ada satu kejadian yang teramat aku ingat sampai kini saat aku ikut LPS Ganesha. Bagiku kejadian itulah yang membuatku paham apa arti Percaya Diri sesungguhnya.
Saat itu aku baru kelas X IPA di SMA Ganesha, bisa dibilang aku masih anak bau kencur. Aku salah satu siswi yang sangat suka berorganisasi, minat menulis bahkan ketetarikan mengikuti LPS Ganesha sudah ada sejak SMP. Kali itu, aku mendapat sebuah majalah yang menurutku menarik. Hingga disinilah aku, di antara orang-orang yang mencintai menulis. Kak Kaka namannya, pimpinan umum (PU) LPS Ganesha, dari carannya bicara orang yang baru bertemu mungkin bilang "ketus, jutek" tapi, setelah lama aku berinteraksi dengannya satu hal yang kudapat "hangat". Kak Kaka orang yang penuh dengan kejutan.
Giat, jika dibilang aku giat, mungkin aku bukan di antara orang-orang itu. Aku sangatlah malas, apalagi jika harus mengikuti rapat-rapat. Berulang kali aku ditegur atas tindakanku itu. Percaya diri mungkin iya, orang bilang aku tak tau malu, itu komentar mereka mungkin karena aku selalu PD saat berada di depan kelas, atau banyak omong. Tapi, kata kak Kaka aku bukan orang yang PD. Lantas aku berpikir "mengapa?" Tanyaku.
"Jika kamu tidak percaya diri akan tulisanmu sendiri, dan takut salah itu namannya tidak percaya diri" Kata kak Kaka.
Memang benar, saat pertama menulis berita aku sangat takut, pengalaman menulispun belom pernah. Aku takut salah, aku takut dimarahi, pikiranku kacau. Lebih baik aku disuruh mengerjakan soal-soal daripada menulis berita. Apalagi, di suruh membacakannya. Aku takut dicemooh.
Saat itulah, kata-kata kak Kaka begitu mengetuk hatiku. Aku mulai mencari berita di sekitar sekolah, di desa, dimanapun asalkan tidak terlalu jauh. Aku dengan temanku namannya Khoi. Aku membuat berita tentang pembangunan rekontruksi sekolah SD. Pikirku itu unik, wawancara dengan beberapa kuli dan penanggung jawab bangunanpun sudah. Kemudian kembali ke sekolah menyetorkan hasilnya.
Satu per satu kelompok sibuk membuat tulisan hasil wawancara lalu membacakannya. Tak berapa lama, tibalah kelompokku. Aku masih ragu, aku takut, aku tidak percaya diri. Tulisan kelompok lain sangatlah bagus menurutku. Lalu, aku teringat kata kak Kaka percayalah pada tulisanmu sendiri, jangan takut salah, anggaplah salah adalah luka yang memerah, jika kau selalu takut maka tak akan pernah sembuh.
"Tulisanmu seperti semburat merah mentari pagi, yang mengantarkan harapan dan asa setiap orang, percayalah dari tulisanmu setiap mimpimu akan terwujud"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar